Event

Advokasi Hukum Sebagai Upaya Literasi untuk Orang Tua  Seniman Penyandang Autisme

Tripbiru.id-Jakarta, Hak-hak pelukis/perupa dengan spektrum autisme perlu dilindungi dari pihak lain yang tidak bertanggungjawab.  Perlindungan hak cipta dan pemahaman akan hukum menjadi hal penting untuk diangkat, mengingat karya seniman penyandang autisme ini semakin banyak dan semakin baik secara kualitas.

Oleh karena itu Yayasan Autisma Indonesia (YAI) bersama Sutasoma Hotel, dan Matalesoge HospitABLElity Academy  menghadirkan talkshow yang  bertemakan, Mengangkat Kreativitas, Mewujudkan Impian: Advokasi Hukum untuk Pelukis/Perupa Autisme di Indonesia, yang diselenggarakan di Sutasoma Hotel & The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan (4/5).

Munculnya tema ini berawal dari kebingungan orangtua yang memikirkan karya lukisan anaknya apakah bisa dijadikan sumber penghasilan untuk penghidupan anak tersebut.  “Kami mendengar cerita-cerita kebingungan orangtua yang memikirkan bagaimana caranya agar lukisan anak dengan spektrum autisme bisa menjadi sumber penghasilan, termasuk aspek hukumnya,” kata Dr. Adriana S. Ginanjar, Ketua YAI.

Kekhawatiran orangtua para seniman ini yang awalnya tidak paham hukum, menurut Adriana, mulai merasakan pentingnya memahami aspek hukum hak cipta dan aspek hukum dari kerjasama dengan pihak ketiga. “Orang tua juga mulai berpikir untuk mendaftarkan paten untuk hasil karya anak-anak mereka,” papar Adriana.

Pengetahuan orangtua akan aspek hukum tentu saja masih terbatas, baru sedikit yang mereka peroleh. Oleh karenanya penting untuk mengelaborasi aspek-aspek hukum apa saja terkait dengan karya-karya seni rupa yang dihasilkan seniman penyandang autisme. Tema ini sangat menarik dan diharapkan memberikan suatu comprehensive knowledge baik kepada individu, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya intellectual right/hak cipta terhadap hasil karya seni,” kata Tommy Hermanses, Kepala Pusat Matalesoge HospitABLElity Academy yang merupakan lembaga pelatihan kerja untuk individu berkebutuhan khusus di dunia hospitality.

Terkait dengan penyelenggaraan talkshow ini, YAI selain bekerjasama dengan pihak Matalesoge HospitABLElity Academy, juga bekerjasama dengan Sutasoma Hotel & The Tribrata Darmawangsa yang berkomitmen mendukung individu dengan kebutuhan khusus, “Sutasoma committed dalam pelayanan berkebutuhan khusus, karena sudah mempekerjakan beberapa individual berkebutuhan khusus di hotel kami, dan juga erat dengan hospitality industry,” tandas Ferri Irawan, General Manager, Sutasoma Hotel & The Tribrata Darmawangsa, Jakarta bersama dengan tim yaitu Hilma Hendriyani Director of Sales & Marketing dan Reynold Octaviano, Head of Brand & Marketing Comnunications.

Tahun 2024, peringatan Autism Awareness Day pada tanggal 2 April lalu mengusung tema “Moving from Surviving to Thriving”. “Tema ini menunjukkan bahwa para individu dengan spektrum autisme telah mampu mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik, berkontribusi dalam masyarakat dan memiliki kemampuan adaptasi sosial yang lebih baik,” kata Adriana. Tema dari dunia ini, tentu saja sejalan dengan  tema talkshow Yayasan Autisma Indonesia

Empat narasumber yang hadir, Wiku Anindito, Associate Partner, HHP Law Firm, berbicara tentang Hak Cipta dan Perlindungan Karya Seni. Shopia Aradhu, Ibu dari Nindhita, pengusaha yang merupakan individu dengan spektrum autisme (Creator of IP Cutemonster), yang akan berbagi pengalaman akan Tantangan Aksesibilitas dalam Dunia Seni.

Charmie Hamami, Deputy Chairman, Asia & Managing Director, Indonesia at CHRISTIE’S, dan Safrie Effendi, praktisi/pelukis profesional dari Matalesoge HospitABLElity Academy akan menggambarkan bagaimana Kemitraan dengan Industri Seni. Selain kegiatan talkshow juga terdapat pengumuman penyerahan grant bantuan dana dari Christie’s kepada tiga orang pelukis penyandang autisme. ars

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *